24 April 2009

Marah dan Kasih Sayang


“Sebentar Dit !” kata sang guru kepada salah satu muridnya yang masih duduk di TK dengan nada tinggi dan setengah kesal. Rupanya sang murid sedang minta diperhatikan karena telah melakukan sesuatu yang cukup membanggakan. Murid terlanjur ngambek dan tidak mau lagi mengikuti kegiatan guru tersebut.
Guru berusaha membujuknya berkali-kali, tetapi tetap juga tidak mau, guru coba memberikan kasih sayangnya bertubi-tubi, tetapi juga murid tidak mau. Sampai pada akhirnya sang guru merasa menyerah dan dia harus meneruskan kegiatan mengajarnya, maka diteruskanlah kigiatan itu. Saat guru masuk kelas kembali memberika icebreaker kepada murid-murid yang lain, sementara satu murid tersebut tetap berada di luar kelas berusaha untuk melihat dari luar tetapi tetap tidak mau masuk. Guru teringat dengan buku yang pernah dibacanya mulai sadar bahwa satu kali marah membutuhkan 10 kali kasih sayang untuk mengimbangi kemarahan tersebut.
Mungkin kita sering melakukan kemarahan di hadapan anak-anak kita, siswa kita, dan jarang sekali mengimbanginya dengan kasih saying, maka jangan salahkan kalau anak dan siswa kita membenci kita, membenci apa yang kita ajarkan bahkan membenci setiap apa yang kita nasehatkan kepadanya. Kalau sudah demikian untuk apa kita jadi guru?.
Mari kita berikan 10 kali kasih sayang terlebih dahulu, bahkan lebih dari itu sabagai tabungan kita terhadap anak-anak kita.

3 komentar:

  1. setuju.. memang terkadang kita lupa untuk selalu memberikan kasih sayang kepada anak didik kita .. tanpa kita sadari kita justru selalu menurutkan emosi kita dengan marah ..

    BalasHapus
  2. Memang menahan marah itu adalah pekrjaan yang besar

    BalasHapus
  3. Orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya

    BalasHapus